Komplek di tempat saya tinggal ini memaksakan perayaan 17 Agustusan dimajukan pada bulan Juni dan Juli. Masuk akal karena 17 Agustus tahun ini masih bertepatan dengan bulan Ramadhan dimana banyak orang yang berpuasa dan pada tanggal segitu, dipastikan sebagian besar orang Jakarta sudah meninggalkan Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya. Jadinya ya begitu, perayaan 17an (yang bukan Agustusan) dimajukan sebulan sebelumnya. Acara 17an di komplek ini dimeriahkan dari berbagai lomba, mulai dari lomba standar untuk anak-anak, bahkan acara kompetisi serius seperti Badminton dan Tenis Meja.
Terdapat pemandangan yang janggal tadi malam ketika saya sepulang dari sepedahan membeli makan malam. Saya melihat dan mendengar lagu Indonesia Raya sedang diputar, layaknya seremoni pembukaan acara olahraga pada umumnya. Tapi yang membuat saya sedih adalah, tidak ada satupun dari orang-orang ataupun anak-anak terlihat khidmat. Yang anak-anak masih tetap asyik berlarian kesana kemari, ada yang sambil tetap bermain badminton, sementara yang orang tua asyik mengobrol dengan sesama tetangganya.
Memang hanya sebuah lagu...
Terkesan lebay kalo harus khidmat di sekedar acara tujuhbelasan komplek...
Jadi jangan protes atau ngamuk-ngamuk di internet kalo suatu saat negara tetangga mungkin akan mengklaimnya...
No comments:
Post a Comment