Awalnya hanya iseng merespon komen di halaman instagram teman tentang ajakan gowes ke Bogor. Sebenarnya agak ragu-ragu untuk ikut bersepeda ke Bogor, sebab sudah hampir setahun tidak bersepeda, apalagi bersepeda jauh. Tapi rasa ragu-ragu itu terhapuskan setelah komunikasi lebih lanjut via whatsapp dengan teman seperjalanan, intinya saya minta agar jangan ditinggal sebab udah lama tidak bersepeda.
Bersepeda Jakarta-Bogor bukanlah hal yang asing buat saya. Sebelumnya saya sudah sering melakukannya, entah itu hanya untuk iseng atau sekedar ngetes komponen yang baru terpasang di sepeda. Tapi kan saat ini saya sudah lama tidak bersepeda, maka dari itu saya minta ke teman saya kalau saya pasti akan lambat di jalan.
Janjian pada hari Sabtu 1 Feb 2014 sekitar jam 6.30 di perempatan Ragunan. Agak terlambat 15 menit dari jadwal, untung masih ditungguin. Hehehehe..
Tidak pakai lama, langsung melanjutkan perjalanan. Menyusuri Jalan TB Simatupang menuju Jalan Raya Bogor. Mampir di sebuah mini market di perempatan Pasar Rebo untuk membeli air minum dan beberapa cemilan, lalu melanjutkan perjalanan lagi.
Rupanya benar, sepanjang perjalanan menuju Bogor saya cukup jauh tertinggal. Bahkan jauh tertinggal juga dengan seorang kawan yang memakai sepeda dengan settingan handlebar riser dan ban yang cukup lebar. Dalam hati saya menenangkan diri: sudahlah, saya membeli Surly Pacer ini kan memang untuk tujuan commuting, bukan untuk kenceng-kencengan.
Tidak cukup hanya lambat, tapi saya juga terhambat sesuatu hal yang membuat saya harus berhenti cukup lama. Entah kenapa tiba-tiba di jidat saya terasa panas, awalnya seperti digigit semut merah. Saya kira memang digigit semut merah, jadi saya masih sempat melanjutkan perjalanan. Lalu rasa panas semakin terasa dan ditambah dengan nyeri dan perih. Terpaksa saya menepi dan membuka helm saya, ternyata ada seekor tawon kecil (tidak tahu namanya apa, tawon kecil yang banyak kita jumpai hinggap di tukang es buah). Walaupun kecil, ternyata sengatannya cukup sakit juga, sempat sampai keringat dingin sampai beberapa waktu. Dugaan saya, tawon itu masuk menyelinap di helm saya ketika saya lewat pasar Cisalak. Memang di titik itu sangat macet, bahkan saya sampai harus sedikit menuntun sepeda saya karena saking padatnya oleh angkot, sepeda motor, dan pedagang sayur. Mungkin tawon itu masuk ketika saya melewati beberapa titik pedagang buah, tapi ya tidak tahu juga...
Berhenti cukup lama untuk mengompres kepala dengan botol air dingin yang tadi dibeli, walaupun sudah tidak berasa dingin, tapi lumayan untuk mengurangi rasa panas. Setelah rasa panas dan nyeri agak reda saya melanjutkan lagi perjalanan. Sesampainya di Bogor, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Kebun Raya Bogor.
Masuk kebun raya tiketnya cukup terjangkau dan yang pasti boleh masuk bawa sepeda. Tiket masuk orang dewasa Rp. 14.000 ditambah tiket masuk sepeda Rp. 5.000 jadi total Rp. 19.000. Saat itu masuk kebun raya kurang lebih jam 10.30, tapi cuaca Bogor yang waktu itu tidak terlalu cerah dan suasana Kebun Raya yang rindang dan sejuk membuat waktu seolah-olah masih sekitar jam 8 atau jam 9 pagi.
Di dalam Kebun Raya kami berkeliling-keling, mencari titik-titik untuk berfoto (sepedanya).
Setelah puas berkeliling-keliling, akhirnya kami makan siang di sebuah restoran namanya Cafe De'Daunan. Menu yang disajikan kebanyakan menu masakan lokal dan beberapa masakan internasional umum. Suasana restoran yang berada di tempat yang lebih tinggi, ditambah angin yang sejuk membuat kami malas untuk beranjak, ditambah lagi salah satu teman tertidur di bangkunya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 14 lebih. Waktunya untuk kembali pulang. Akhirnya kami meninggalkan Kebun Raya dan melanjutkan perjalanan pulang. Sempat terhenti beberapa saat untuk menunggu teman menambal ban yang bocor di tukang tambal ban.
Perjalanan pulang tidak terlalu berat, selain kontur jalananan yang cenderung menurun, saya sangat terbantu dengan drafting di belakang teman saya. Salah satu keuntungan punya teman besar di saat sepedahan, bisa buat drafting, hehehehe... Di perjalanan sempat beberapa kali kehujanan, tapi hal tersebut tidak membuat perjalanan kami berhenti. Pada perjalanan pulang ini kami memilih rute Parung, selain lebih dekat, juga tidak banyak titik macet. Sampai di perempatan Gaplek kami berpisah, saya belok kiri ke arah Pamulang untuk melanjutkan ke arah Bintaro, sementara dua orang teman saya mengambil arah ke Pondok Cabe untuk langsung lanjut ke arah Fatmawati.
Sampai di rumah sekitar jam 19.30, karena sempat berhenti di warteg untuk makan sore. Total kilometer yang ditempuh berdasarkan cyclocomp adalah 123.25 km. Lumayan lah untuk yang sudah lama tidak sepedahan.
No comments:
Post a Comment