Friday, 15 May 2015

Piknik Ke Bandung

Hanya piknik ke Bandung kenapa harus ditulis di blog? Toh jaraknya hanya beberapa jam dari Jakarta dan hampir sebagian besar orang juga pernah ke sana?

Tidak apa-apalah, sebab saya berfikir perjalanan biasa akan terlihat seru apabila diceritakan, sementara perjalanan yang (ternyata) seru akan jadi biasa-biasa saja (dan mungkin terlupakan) kalau tidak diceritakan.

Baiklah, jadi begini ceritanya...
Berawal dari sebuah undangan pernikahan seorang kawan lama. Rasanya kurang seru kalau ke Bandung hanya untuk menghadiri acara pernikahan lalu pulang kembali ke Jakarta. Setelah diskusi dengan istri bahwa nanti setelah menghadiri acara pernikahan kita akan piknik dan jalan-jalan di Bandung. Tidak lupa membawa serta sepeda, karena mau mencoba sekalian sepeda Patrol 781 yang sudah lama terakit tapi tidak kunjung dipakai di track yang seharusnya.

Setelah segala persiapan selesai dikemas dan dimasukkan ke dalam mobil, kami berangkat dari rumah sekitar jam 10.30 siang. Perjalanan di jalan tol cukup lancar tapi kami istirahat cukup lama di rest area Karawang untuk makan siang. Perjalanan tidak diburu-buru sehingga sampai Bandung sudah agak sore. Awalnya ingin menginap di Hotel Grafika Cikole, karena keesokkan paginya mau mencoba main Downhill di Cikole, jadi supaya bisa main pagi dan masih banyak waktu siang sampai sore untuk piknik di Hutan Pinus dan berargrowisata memetik strawberi. Tapi setelah membaca beberapa review positif maupun negatif di Hotel tersebut, kami memutuskan untuk tidak jadi menginap di sana, selain itu lokasinya juga terlalu jauh dengan lokasi resepsi pernikahan yang nanti akan dihadiri. Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di Hotel Wirton yang berlokasi di Dago Atas. Walaupun tarif kamarnya relatif murah (250.000an pada hari biasa), tapi kualitasnya cukup bagus, kamar yang bersih dan nyaman, parkir yang luas, staff hotel yang ramah, lokasi yang berada tidak jauh dari pusat kota dan keramaian. Sedikit hal negatif, yaitu restoran buffet yang terletak di samping lobby agak kurang ramah terhadap orang yang tidak perokok. Jadi orang bebas merokok di restoran yang sebenarnya ruang tertutup dan berAC. Bagi saya (yang tidak perokok) sebenarnya tidak masalah, tapi bagi istri saya yang sedang hamil muda dan alergi bau rokok, hal tersebut agak sedikit mengganggu. Tapi mengingat harga yang relatif murah dibandingkan dengan kualitas kamar dan kenyamanan yang diberikan, kami merasa hal ini dapat dimaklumi. Kami cukup menghindar dan mencari tempat yang tidak terlalu bau rokok saja.

Tiba di hotel sudah menjelang maghrib, kami pun beristirahat sebentar dan bersiap-siap ke acara pernikahan. Singkat cerita setelah acara pernikahan tersebut kami langsung pulang ke hotel dan langsung beristirahat, bersiap-siap untuk acara piknik keesokkan harinya.

Keesokkan harinya kami berangkat menuju Cikole, tidak lupa sepeda dan perlengkapannya dibawa serta .

Perjalanan menuju ke Cikole saya pilih melalui jalan Dago Giri lalu menuju jalan Tangkuban Perahu. Ya, sok tahu saja sebab saya sendiri belum pernah lewat sana, habisnya melihat dari aplikasi GMaps, jalur jalan utama (Setiabudi-Lembang) kok merah gelap semua, pertanda jalanan sangat macet dan kurang asyik untuk dilalui. Ternyata jalur yang dilalui cukup membutuhkan konsentrasi, selain karena jalannya yang sempit, juga banyak jalan yang berlubang. Setelah beberapa saat dan tersasar cukup jauh akhirnya kami tiba di tujuan.

Masuk ke area Cikole-Jayagiri (terletak di sebelah kiri jalan, setelah Terminal Wisata Grafika Cikole) hanya membayar 10.000 saja di pos gerbang masuknya. Oleh karena kami datang pada hari kerja, lokasinya sangat kosong, tidak ada orang lain kecuali kami bertiga.

Akhirnya setelah sekian lama bersepeda, baru kali ini ada kesempatan untuk mencoba track Cikole. 

Setelah menurunkan sepeda dan perlengkapannya, saya mencoba untuk menyusuri track dengan berjalan kaki. Saya merasa menyusuri track dengan berjalan kaki ini sangat penting, sebab saya sama sekali belum ada bayangan situasi tracknya seperti apa. Setelah berjalan kaki ke bawah kurang lebih 1,5km-an, PR berikutnya adalah kembali ke atas, karena pada hari biasa tidak ada orang yang main sepeda sehingga tidak ada mobil pickup yang standby untuk loading ke atas. 

Sebenarnya main sendirian pada saat track sepi ada enaknya juga, kita tidak perlu jadi malu kalau ternyata kita sangat pelan di track, apalagi saya yang sudah hampir 5 tahun tidak pernah bermain MTB, tentunya di track akan sangat pelan dan sangat kagok. Tidak enaknya adalah jika terjadi apa-apa di dalam track tidak ada yang tahu dan tidak ada yang menolong, selain itu tidak ada kendaraan untuk loading kembali ke titik start.
Beruntung pada saat itu ada orang yang sedang belajar mobil memakai mobil pick up bersedia untuk memberikan saya tumpangan ke atas.



Suasana hutan pinus Cikole yang sangat sejuk dan asri membuat Lala senang untuk berlari-larian dan memetik buah murbey yang berada di pinggir jalan, sehingga Lala tidak rewel ketika saya tinggal bermain downhill sebentar. Maklum Lala tidak bisa jauh sama Papapnya.








Ya, Lala memang senang sekali mengisengi Papapnya. Sebelum saya turun ke track ada saja tingkah lakunya. Untungnya Lala tidak nangis ketika saya tinggal main ke track. 

Cuti bermain MTB selama hampir 5 tahun membuat telapak tangan saya terasa ngilu bahkan sampai gemetar. Oleh karena itu saya hanya sanggup 2 kali putaran saja mencoba track tersebut, karena tangan saya sudah tidak sanggup lagi. Selain karena belum terbiasa lagi, pemakaian handgrip yang keras dan glove yang tertinggal di rumah, juga berpengaruh. Saya merasa 2 kali putaran pun sudah cukup, karena hari sudah semakin siang dan kami pun harus mencari tempat makan siang. 




Sepulang dari track downhill, kami mampir di Terminal Wisata Cikole untuk makan siang dan beragrowisata, memetik strawberry dan memberi makan rusa. Sebenarnya paket wisata yang ditawarkan oleh Terminal Wisata cukup bervariasi, tapi kami mengambil pilihan agrowisata saja, tentu saja supaya bisa dinikmati oleh Lala yang masih berusia 2,5 tahun. Tiket masuk ke lokasi kebun strawberry cukup murah, hanya 5.000/orang sudah termasuk segelas jus strawberry dan ubi-ubian untuk pakan rusa. Jika ingin memetik strawberry kita cukup membayar dengan harga 6.000/ons, sayangnya pada saat itu buah strawberrynya tinggal sedikit karena berbarengan dengan rombongan pariwisata dan kami hanya dapat 1/2 kg strawberry. Tapi walaupun begitu, Lala sangat senang sekali memetik buah strawberry satu-persatu dan dimasukkan ke dalam keranjangnya. Setelah cukup puas memetik strawberry, kami menuju kandang rusa untuk memberi makan rusa. Satangnya kami hanya bisa memberi makan rusa dari balik pagar kandang saja.





Hari sudah semakin sore dan kami memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Hari berikutnya kami memutuskan untuk check out dan kembali ke Jakarta. Tapi sebelumnya kami memutuskan untuk mencari oleh-oleh terlebih dahulu, setelah browsing-browsing akhirnya kami memilih Rumah Sosis di daerah Setiabudi, karena selain menjual aneka produk sosis juga tersedia kolam renang dan arena bermain anak.

Masuk ke area Rumah Sosis cukup membayar 5.000 untuk parkir mobil dan tiket masuk ke dalam sebesar 3.000/orang. Tapi jika ingin bermain di wahana atau atraksi yang disuguhkan kita harus membayar tiket lagi, harganya bervariasi sesuai jenis permainan.

Lala langsung heboh dan langsung menarik saya untuk berenang di kolam mandi bola. Bukan mandi bola seperti di arena permainan anak pada umumnya, tapi kolam renang anak dengan bola-bola mengambang di permukaannya.


Walaupun sebenarnya airnya cukup dingin, tapi Lala seolah lupa dan asyik dengan mandi bolanya tersebut. Setelah kami rasa cukup berenangnya, kami melanjutkan ke wahana Rumah Kelinci. Harga tiket masuk sudah termasuk dengan wortel sebagai pakan kelinci. Tapi sebaiknya kita harus bijaksana dalam memberi makan kelincinya, jangan dihabiskan sekaligus, karena jika wortelnya habis kita harus membeli lagi wortel-wortel tersebut seharga tiket masuk.

Pada awalnya Lala agak takut, karena kelinci-kelinci lucu berbulu tebal tersebut langsung berlari mengejar Lala yang memegang wortel, tapi setelah beberapa saat akhirnya Lala berani dan malah gemas dengan kelinci-kelincinya.




Setelah cukup puas bermain di kolam renang dan rumah kelinci, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi acara bermain-mainnya. Oleh karena restoran di Rumah Sosis hanya dibuka pada weekend saja, terpaksa kami hanya membeli oleh-oleh saja dan mencari makan di luar sambil ke arah pulang ke Jakarta.
Hasil pantauan lalu lintas di Gmaps menunjukkan arah balik ke arah gerbang Tol Pasteur cukup macet, saya memutuskan untuk sedikit memutar melewati Lembang ke arah Cimahi lalu masuk tol Baros. Tidak macet sih tapi cukup berputar-putar, ya lumayan lah daripada harus jenuh kena macet.

Perjalanan di Tol cukup lancar dan kami sampai rumah dengan aman kurang lebih jam 10 malam.

No comments:

Post a Comment